Beberapa kali saya menyambangi Galeri Seni Popo Iskandar, karena pada tahun 2017 kemaren beberapa teman saya mengadakan pameran.
Sekitar bulan Desember 2017 saya kembali bertamu pada dua pameran yaitu pameran Importensi dan pameran Hakuna Matata membuat saya kembali memikirkan diri sendiri entah itu kegunaan diri ini terhadap sekitar dan kelayakan diri ini dalam penggunaan sesuatu.
Dipameran pertama, Saya tertarik dengan salah satu karya, dimana di jelaskan tentang ke’vitalan’ suatu barang atau alat. Arti vital sendiri adalah penting.
Tapi apakah benar benda yang kita gunakan, pegang, dijinjing kemana-mana, ‘vital’ untuk diri kita? Mampu kah kita menggunakannya? Layak kah? Apa dampaknya? Beresiko kah kedepannya? Bermanfaat kah?
Sudah siapkah kita menghadapi hiruk pikuk teknologi mutakhir saat ini? Padahal kita baru keluar dari perut ibu.
Saya pun mampir di pameran lain, disambut dengan karya yang sangat mencolok, begitu warna warni, terang, indah, tapi dibalik semua itu tersimpan ‘matata’ atau kekhawatiran.
Berpusat pada keindahan Bandung Utara, yang ternyata di balik keindahan itu terdapat kerunyaman, pahit, gelap yang entah terlihat atau pura pura tidak dilihat.
Saya menjadi berpikir dan akan terus berpikir dan mengoreksi tentang diri sendiri dengan kerunyaman di era yang canggih ini. Sanggupkah saya menghadapi nya?
Dan apa yang harus saya lakukan, untuk diri sendiri khususnya dan sekitar pada umumnya.
Berikut adalah karya seniman yang memamerkan pamerannya di Griya Seni Popo Iskandar, lukisan bayi dan apel merupakan salah satu karya dari Safaat dan lukisan dengan warna yang indah nan mencolok adalah sebuah karya dari Nada Afnan, pameran ini dilakukan oleh Mahasiswa jurusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia. []
* Penulis dapat dijumpai di mesia sosial instagram: @zahrarizki | facebook: Rizkiana Zahra
